Tuesday, May 19, 2009

Penuh Ide dan Kreatif: Panduan Utama Membuat Musik untuk Anak Usia Dini

Membuat musik atau lagu untuk anak usia dini bukanlah suatu tugas yang benar-benar sulit atau juga mudah. Seperti hal-hal lain yang diperuntukkan bagi anak usia dini, lagu yang akan kita sajikan pada mereka jugalah harus hati-hati kita pilih.
Namun ke'hati-hati'an ini perlu kita tindaklanjuti dengan kesenangan dan juga kesederhanaan. Hal ini dimungkinkan karena rangsang musik secara natural menyenangkan dan tidak merugikan. Sifatnya lebih menghibur daripada menghancurkan :)

Jadi, sisanya adalah kebijaksanaan kita untuk memilih (tidak perlu menciptakan yang benar-benar baru...) kata-kata, melodi-melodi, ritme-ritme yang bisa sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan bersama anak kita.
"Ini sih bukan kreatif... kan lagu-lagunya juga sudah ada... gak bikin sendiri" Betul, di sini kita memperlakukan kreativitas dalam cara yang agak berbeda daripada cara yang 'biasa' digunakan utnuk mengukur 'kreativitas' sebuah karya seni. Musik dan/atau lagu untuk anak usia dini merupakan musik yang banyak sekali persamaannya dengan musik folk/ musik rakyat. Musik/ lagu yang sebagian besar/ utamanya adalah untuk dinyanyikan bersama-sama, yang oleh karenanya memang tidak menyediakan banyak elemen 'surprise' (agar bisa dieksekusi bersama-sama tanpa harus ada banyak ketentuan yang tak umum). Semua orang 'pasti' tahu lagu "Burung Kakatua" yang ternyata mirip benar dengan lagu "Topi Saya Bundar". Keunikan cara penyampaian, situasi, cara menampilkan, mood yang menyertainya bisa jadi adalah 'takaran' kreativitas penyajian lagu untuk anak usia dini.

Berikut ini adalah tiga lagu yang dibuat oleh mas Ibut dan mbak Anyi untuk mengajar, melatih, dan mengantar anak beraktivitas. Mungkin lagu ini bisa memberi semangat dan menginspirasi kita untuk secara sederhana bermusik dalam kehidupan kita, yang syukur-syukur dapat kita wariskan kepada generasi di bawah kita :)



AYO MAKAN (R. Cahyono/ K. Adistiana)
penyanyi: Sasha Karina Tutupoly



AYO MANDI (R. Cahyono/ P. B. Adi/ K. Adistiana)
penyanyi: Sasha Karina Tutupoly



ADIK BOBO (R. Cahyono)
penyanyi: Sasha Karina Tutupoly


Mari bermusik dengan suasana sederhana untuk anak-anak kita :)

Menyajikan Musik untuk Anak Usia Dini (part. 2)


Menyanyi


Menyanyi merupakan salah satu cara yang paling mudah dan efisien untuk menyampaikan musik kepada anak. Dalam menyanyi keempat elemen dalam musik (nada, ritme, dinamika, dan warna suara) dapat tersampaikan sekaligus. Lewat nyanyian, anak juga akan mendapatkan rangsang verbal untuk perkembangan bahasanya. Nyanyikanlah lagu-lagu kepada anak dengan cara yang baik, dengan nada, dinamika, tempo dan ekspresi yang tepat. Pilihlah lagu-lagu yang sederhana agar anak mudah untuk menikmatinya. Ajaklah anak untuk menyanyi bersama-sama dengan gerak yang sesuai dengan irama. Gerakan yang sesuai dengan irama dan tema lagu akan membantu anak semakin menghayati lagu dan mengekspresikan perasaannya.

Anak dapat diajak untuk menyanyi dengan atau tanpa iringan musik. Iringan musik pada lagu yang sedang dinyanyikan akan menyediakan ruang bagi anak untuk berimprovisasi. Lagu sering menyediakan ruang berhenti menyanyi selama beberapa ketuk untuk kemudian menyanyi lagi pada baris selanjutnya. Dengan iringan musik, ruang kosong tersebut semakin mudah diisi oleh anak dengan bunyi-bunyian atau suara-suara yang ia kehendaki sebagai improvisasi dari lagu. Dengan cara ini kreativitas anak akan berkembang. Sedangkan menyanyi tanpa iringan musik akan melatih anak mengembangkan kemampuan mendengarkan musik dari dalam dirinya (inner hearing). Anak akan terbiasa untuk mengontrol kapan ia harus menyanyi, kapan ia harus berhenti; setinggi apa nada yang ia nyanyikan dan sekeras apa ia harus mengeluarkan suara. Lebih dalam lagi, cara ini akan membantu anak untuk semakin dapat mengontrol dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu.


Mengeksplorasi sumber bunyi

Anak juga perlu distimulasi untuk memproduksi bunyi dari alat-alat di sekitarnya. Alat bantu musikal berupa instrumen musik khusus untuk anak dapat membantu anak memproduksi bunyi-bunyian. Anak juga dapat mengembangkan dan merealisasikan ide untuk memproduksi bunyi-bunyian lewat isntrumen itu. Utamakan instrumen akustik dibanding instrumen elektrik otomatis (mis. keyboard elektrik, xylophone elektrik, bel elektrik, etc.). Dengan instrumen akustik, anak akan lebih kaya penginderaannya atas bunyi yang dihasilkan. Anak juga belajar tentang sebab-akibat atas aksinya terhadap instrumen tersebut dan bunyi yang terjadi. Perhatikan juga keamanan dan kemudahan dimainkannya instrumen musik itu bagi anak (mis. jangan yang tajam dan terlalu besar untuk dipegang oleh anak) sehingga anak akan nyaman bermain dengan instrumen itu. Selain memperkaya pengalaman anak dengan sumber bunyi, cara ini dapat melatih kreativitas anak.


Rujukan ekstra musikal

Selain menyampaikan bunyi dan sunyi, musik juga menyampaikan hal-hal lain di luar musik itu sendiri. Sebuah komposisi musik dapat membuat anak mengasosiasikannya dengan kegiatan-kegiatan tertentu. Musik mars untuk berbaris, nina bobo sebagai pengiring tidur, dsb. Lebih jauh lagi, melalui musik anak dapat belajar tentang nilai-nilai dalam kehidupan. Sebagai contoh: Lagu Pelangi dapat mengajarkan kepada anak keindahan alam ciptaan Tuhan. Pemilihan komposisi/lagu yang tepat dapat membantu anak untuk belajar nilai-nilai penting dalam hidup (damai, cinta, kebersamaan, dll). Biasakan untuk menceritakan isi tema lagu/lirik kepada anak agar anak semakin menghayati komposisi/lagu yang sedang didengar atau dinyanyikannya.


Setting fisik dan atmosfer

Musik tidak terlepas dari kondisi yang melatari tampilnya musik sebagai sajian utamanya . Walaupun kondisi/setting yang menyertai musik tersebut (kondisi ruangan, suhu, suasana keluarga) tidak termasuk dalam elemen musik namun hal-hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana musik dapat didengar dan dinikmati. Setting fisik dan atmosfer yang nyaman akan membantu anak untuk dapat mendengarkan dan menikmati musik dengan nyaman dan baik pula. Pilihlah saat dan ruang yang tepat untuk kegiatan bermusik. Ruangan yang hening serta suasana yang hangat dan nyaman akan membantu anak untuk menikmati musik.




Penuh ide dan kreatif

Keterbatasan dana, ruang, barang, dan waktu sering menghambat orang tua untuk menstimulasi anak dengan musik. Dengan cara yang kreatif, hal itu bisa teratasi. Sebagai contoh adalah alat-alat bantu musikal seperti instrumen musik. Alat-alat yang sering kita jumpai sehari-hari bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan musik kepada anak-anak. Misalnya: membuat instrumen shaker dari beberapa tempat cutton buds yang diisi beragam biji-bijian sehingga warna suaranya berbeda satu sama lain; atau membuat mini drum dari kaleng sebagai tabung dan balon sebagai membrannya.

Banyak lagu-lagu sederhana yang secara spontan dapat dibuat untuk mengiringi kegiatan anak (lagu untuk makan, lagu untuk cuci tangan, lagu untuk mandi, etc.). Jika ingin mengajak anak anda menyaksikan musik secara live namun harga tiketnya terlalu mahal, undanglah teman anda yang cukup pandai bermain musik untuk memainkan musik secara langsung kepada anak anda di rumah, atau mungkin anda sendiri yang menjadi penampilnya! :)





*foto-foto diambil dari koleksi foto Taman Bermain Musikal Gita Niti

Menyajikan Musik untuk Anak Usia Dini (part. 1)

Mendengarkan/Menyimak

Musik tersusun atas bunyi dan sunyi dalam alur dan waktu tertentu. Sebagai salah satu elemen penting, bunyi umumnya kita inderai dengan pendengaran. Biasakan untuk memperdengarkan berbagai macam bunyi kepada anak-anak. Namun perlu diperhatikan agar jangan memperdengarkan bunyi-bunyian yang terlampau keras. Hingga usia 2 tahun anak cenderung takut dengan bunyi keras yang terjadi dengan tiba-tiba. Selain itu bunyi yang terlalu keras dapat mengganggu perkembangan indera pendengaran anak.
Keterlibatan anak dengan musik juga dapat diperkaya dengan cara memperdengarkan beberapa karya musik. Karya musik yang diperdengarkan kepada anak usia dini sebaiknya adalah komposisi musik atau lagu yang sederhana tema musikalnya namun kaya elemen musiknya (nada, ritme, warna suara, dinamika). Lagu-lagu folk, tradisional, atau klasik ringan seringkali merupakan pilihan yang tepat untuk diperdengarkan kepada anak usia dini. Akan sangat baik jika komposisi musik/ lagu-lagu ini dapat diperdengarkan kepada anak dalam sajian live maupun rekaman audio. Melalui live music anak akan dapat melihat secara langsung bagaimana musik dihasilkan; sedangkan mendengarkan musik melalui rekaman audio dapat melatih anak untuk berimajinasi. Dengan memperbanyak sajian musik kepada anak, anak akan semakin dapat menikmati musik.

Penting juga bagi anak untuk dilatih ‘mendengarkan’ sunyi. Sekarang ini, kita hidup dalam dunia sangat penuh dengan berisik (noise). Kondisi berisik itu berasal dari berbagai macam sumber: lalu lintas, mesin-mesin baik besar maupun kecil, air conditioner, teriakan-teriakan, efek suara pada program komputer, acara televisi, dan sebagainya. Untuk itulah ‘mendengarkan’ sunyi menjadi penting bagi anak agar mereka dapat membedakan bunyi dan berisik. Ajaklah anak untuk selama beberapa saat diam dalam posisi yang nyaman baginya (posisi tidur, atau duduk dengan kaki diluruskan ke depan) dengan mata terpejam. Minta kepada anak untuk diam beberapa saat sambil menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan-lahan. Ajak anak untuk mendengarkan sunyi, dengan tidak membuat suara atau bunyi-bunyian. Dengan sunyi, anak akan belajar untuk tenang, dan relax. Lebih dalam lagi, sunyi dapat membuat anak belajar untuk mendengarkan dirinya sendiri.

Yang perlu diingat, mendengarkan berbeda dengan mendengar. Selain melibatkan indera pendengaran, mendengarkan juga melibatkan aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor. Mengajak anak untuk menikmati musik dengan tenang dalam posisi badan yang baik dan nyaman serta perhatian yang penuh akan membantunya untuk belajar berkonsentrasi.
Kegiatan mendengarkan tidak hanya bagi anak. Orang tua dan pengasuh sangat penting untuk mendengarkan anak: mendengarkan bunyi-bunyian yang dihasilkannya, mendengarkan nyanyian-nyanyiannya, mendengarkan ucapan-ucapannya. Dengan mendengarkan, orang tua akan semakin dapat mengamati perkembangan anak. Lebih lanjut lagi anak yang biasa didengarkan akan terbiasa pula membagi perasaannya kepada orang lain. Ia akan peka terhadap orang lain. Ia juga bisa mendengar dan belajar memperhatikan orang lain .


Menginderai Bunyi-Musik

Semakin banyak indera yang kita gunakan untuk mempersepsi sesuatu semakin banyak pula rangsang yang akan kita alami. Secara kualitatif, hal ini dapat membuat anak kaya akan pengalamannya terhadap sesuatu. Selain melalui indera pendengaran bunyi juga dapat diinderai melalui perabaan. Ajaklah anak-anak untuk meraba instrumen musik yang sedang dimainkan agar ia dapat langsung merasakan vibrasi instrumen tersebut. Pengayaan inderawi atas musik akan membantu anak untuk semakin menghadirkan musik bagi dirinya sendiri dan untuk selanjutnya akan membantu ia menikmatinya.

Monday, May 18, 2009

Musik: Teman Hidup (part 2)

Dengan sebuah gitar, seorang guru musik di sebuah SD mengiringi anak-anak kelas dua menyanyi lagu “Laskar Pelangi”di dalam ruangan. Anak-anak itu begitu antusias dan senang. Mereka menyanyi dengan bersemangat dan lantang, tersenyum, dan bahkan ada yang sambil menari-nari mengikuti alunan lagu. Usai lagu itu dimainkan mereka semua bertepuk tangan dan berteriak girang. Seorang anak mendekati si guru musik dan bertanya kepadanya: “Pak, Bapak kenapa nggak jadi musisi aja?”, teman-temannya sekelas langsung menyambut pertanyaan itu: “Iya Pak, kenapa nggak jadi musisi aja?”. Si guru hanya tersenyum tulus dan geli mendengarkan pertanyaan anak-anak itu. :)

Kejadian ini adalah sebagian kecil dari banyak fakta yang menunjukkan bahwa tidak semua dari kita sadar benar tentang praktik kemusikalan kita. Yang terhitung sebagai musik hanya apa yang dianggap sebagai lagu populer yang sering kita lihat videonya di televisi atau kita dengar di radio-radio, yang rekamannya bisa kita beli di toko-toko CD & kaset, yang dimainkan di gedung konser, atau yang ditonton ribuan orang saat dimainkan di atas panggung. Lebih lanjut lagi, ide bahwa musik adalah sesederhana memberikan kenikmatan personal, untuk dibagi kesenangannya, untuk kesukariaan bersama dalam menghasilkan bebunyian sebagai rangkaian bunyi baru yang indah, atau untuk mempererat persahabatan dan kedamaian –kesemuanya itu– dianggap sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, atau bahkan: terlalu idealis. Jika kita lihat lagi ilustrasi di awal tulisan ini, mungkin kita sudah mulai bisa merenungkan bahwa kesederhanaan fungsi musik ternyata justrulah sangat nyata dan aktual.

Jika kita ingat-ingat lagi lagu favorit kita masing-masing, kita bisa mulai berpikir dan merasakan dengan sekujur tubuh kita: apa yang saya suka dari lagu itu; hal-hal baik apa yang saya dapat dari lagu itu; kualitas-kualitas berharga apa saja yang bisa saya ‘ambil’ dari lagu itu; pesan bernilai apa yang disampaikan oleh lagu itu; hal-hal baik apa yang bisa saya lakukan setelahnya. Maka akan kembali menjadi sosoknya yang sederhana dan lugu. Hubungan kita dengan musik akan terasa lebih akrab dan hangat. Musik bukan hanya sekedar benda dengar yang bermakna dengar yang jaduh dari keseharian kita, namun lebih dari itu, musik adalah teman hidup kita. Kita tidak bisa hidup tanpanya, walau (mungkin) tanpa kitapun musik telah, ada, dan akan selalu ada. Alam raya ini adalah saksinya. Selamat menikmati musik :)

Sunday, May 17, 2009

Musik: Teman Hidup (part 1)

dalam sebuah angkot, Rabu pagi pukul 07.00 WIB, seorang karyawati yang berpakaian rapi dalam perjalanan menuju kantornya mendengarkan rekaman lagu melalui headphone dari mp3 playernya.
dua orang pemuda menampilkan dua buah lagu di dalam bis patas ac menggunakan sebuah gitar dan satu buah shaker sambil menyanyi.
Selasa malam pukul 20.00 WIB, 4 orang bapak dan 17 orang ibu berkumpul bersama di sebuah rumah, berlatih koor untuk perayaan natal dua minggu depan..
setelah menyusui anaknya, seorang ibu meninabobokan si bayi.
sebuah band ternama ibukota sedang melakukan konser di suatu stadion, ditonton oleh puluhan ribu penggemarnya.
seorang pianis memainkan lagu-lagu instrumentalia di lobi sebuah hotel berbintang empat.
seorang sound engineer sedang menyimak hasil kerjanya di depan sebuah monitor komputer dan monitor speaker seusai mixing hasil rekaman.
Kamis pagi, 08.00 WIB, belasan orang ibu-ibu berusia di atas 50 tahun berkumpul bersama di halaman parkir sebuah mall bersenam aerobik diiringi lagu “bang Toyib” yang diputar keras menggunakan 2 pasang speaker ‘saloon’.
siang hari di sebuah kampung, sekumpulan orang menabuh alat pukul sambil menari-nari diikuti oleh puluhan orang lain di belakangnya seusai panen hasil bumi.


Sama halnya dengan udara, musik –sadar atau tidak– selalu kita konsumsi setiap hari. Istilah mengkonsumsi mungkin jadi kurang tepat: mengalaminya lewat beragam cara –membuat, memainkan, mendengarkan (tiga cara utama mengalami musik) mungkin istilah yang lebih tepat– pasti terjadi dalam keseharian kita. Ilustrasi di atas hanyalah sebagian kecil dari banyak sekali bentuk pengalaman kita dengan musik. Saya yakin anda pun pasti mengalami musik dalam keseharian anda, entah sebagai pendengar, pemain, pencipta, atau apapun bentuk/ perannya.

Apakah musik itu? Apa saja yang terhitung sebagai musik, apa yang bukan?
Saya tidak yakin kita bisa merespon pertanyaan tersebut dengan jawaban yang pasti. Terlalu banyak penjelasan tentang musik yang ada dalam literatur-literatur populer dan ilmiah. Kesemuanya tidak memberikan batasan yang sama tentang apa itu musik, tidak ada satu pun penjelasan verbal yang benar-benar dapat menjelaskan musik (termasuk tulisan ini). Mengapa bisa begitu? Ungkapan Elvis Costello berikut ini mungkin dapat menjadi alasannya: “Membicarakan musik sama saja dengan menari tentang arsitektur”. Jadi sebenarnya bagaimana caranya kita memahami musik jika kita tidak membicarakannya? ………………………

Tepat sekali, cara yang paling mujarab untuk memahami musik adalah mengalaminya. Saya menggunakan kata mengalami untuk menghindari penggunaan beberapa istilah sempit dalam bermusik: mendengarkan, memainkan, menciptakan. Karena (bahkan) dalam kegiatan mendengarkan musik kita pasti men’cipta’kan musik bagi diri kita sendiri; saat memainkan musik kita juga men’dengar’kan dan men’cipta’kannya; begitu juga saat menciptakan musik, kita pun melakukan kegiatan men’dengar’kan dan me’main’kannya.
Untuk lebih ‘merumitkan’ tulisan ini, mari kita lakukan sedikit ‘praktikum’ musik:
"Ingat-ingatlah sebuah lagu yang sangat anda sukai, lagu favorit anda. Anda tidak perlu memutar rekamannya atau menyanyikan lagu tersebut (bahkan menyenandungkannya).
Silakan hening sejenak selama beberapa menit untuk mengingat lagu tersebut……."


Baik… waktu praktikum telah usai. Saya akan mengajukan pertanyaan sederhana: “mana musik yang tadi anda bayangkan?”. Saya yakin jari telunjuk kita tidak akan bisa menunjukkan di mana letak persis musik itu. Mungkin kita akan menunjuk kepala, dada, perut, atau udara, atau bahkan bukan di mana-mana.

Praktikum sederhana tadi sedikitnya mengimplikasikan dua hal. Pertama, bahkan ‘tanpa ada’ musik pun kita masih dapat mengalaminya. Penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa setiap orang dapat ‘membayangkan’ atau ‘mendengarkan’ musik dalam pikirannya tanpa perlu ada musik yang secara aktual dibunyikan/ dimainkan/ diperdengarkan. Hanya kerusakan parah pada otak yang membuat kita tidak dapat ‘membayangkan’ atau ‘mendengarkan’nya. Kita dianugerahi Sang Pencipta kemampuan yang (ternyata) begitu dasar dan sederhana yaitu mampu mengalami musik. Hal ini berlanjut pada implikasi kedua: dengan bekal dasar dan sederhana tersebut (dalam tingkat yang sedikit lebih advanced) kita semua bisa menikmati musik. Betapa beruntungnya kita…

Here we are, sekarang, di saat ini, di ruangan tertentu, pada masa ini, berlaksa abad dan peradaban yang telah umat manusia jalani: musik tetap ada. Mari kita tengok lagi ilustrasi di awal tulisan ini. Begitu beragam praktik kita dengan musik dalam keseharian kita. Jadi sebenarnya manusia adalah makhluk yang ‘serius di musik’. Betapa tidak, setiap hari kita terlibat dengannya. Bukan hanya perasaan atau pikiran, bahkan tingkah laku motorik dan sosial kita juga (sedikit banyak) terlibat dengan musik. Kontras dengan fakta tadi, saat kita ditanya “apakah kita musikal?” ternyata cukup banyak orang yang menganggap dirinya tidak musikal.
Berbeda dengan fakta-fakta di atas, hampir sebagian besar masyarakat kita akan menganggap band-band papan atas ibukota sebagai musik pada urutan atas sedangkan nina-bobo ibu –yang selalu menemani tidurnya selama (setidaknya) setahun pertama usia bayinya, yang sekaligus merupakan pengenalan musik awal– berada di urutan bawah.

Wednesday, October 24, 2007

Atmosfer - Musik

Kita sering mendengar kata atmosfer. Kata ini merujuk pada lapisan udara yang menyelimuti dan menyertai hidup kita sehari-hari. Kecuali berada di ruang hampa udara, mau tidak mau kita selalu terselimuti udara. Udara yang menyelimuti kita tersebut menjaga suhu badan kita, melindungi kita dari rangsang eksternal tubuh yang membahayakan kita. Udara tersebut tersusun atas lapisan-lapisan udara/ gas yang bermacam jenisnya. Salah satu elemen dari lapisan udara tersebut kita gunakan sebagai bahan bakar untuk melakukan proses kehidupan yaitu oksigen. Tanpanya, kita tidak akan dapat hidup. Atmosfer yang tersusun atas udara/ gas yang bersih dan sehat membuat kita dapat hidup dengan lebih baik. Sebaliknya, jika atmosfer tersebut tersusun atas udara/ gas yang kotor dan tidak sehat, hidup kita pun tidak akan sehat.

Atmosfer juga memiliki makna konotatif yaitu suasana yang menyelimuti/ menyertai kita dalam aktivitas: saat bekerja, bercakap-cakap dengan teman, menonton film, atau juga mendengarkan musik. Suasana yang dimaksud adalah perasaan, kondisi mental dan emosi, atau juga suasana hati [atau mood]. Suasana tersebut bisa personal bisa juga kolektif.

Saat beraktivitas, kita selalu mengalami atau membawa perasaan tertentu. Melalui cara tertentu juga perasaan-perasaan itu dapat mempengaruhi kita dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam mengalami sesuatu, dalam memaknai sesuatu. Bayangkan jika setiap hari kita dipenuhi amarah dan dendam, selalu curiga atas apa yang dilakukan orang lain, dan selalu menaruh iri pada orang lain. Kira-kira atmosfer apa yang akan tercipta di sekitar kita? Saya yakin atmosfernya pastilah kurang menyenangkan.
Kita juga mengetahui dan mempunyai pengalaman bahwa musik dapat menghadirkan perasaan-perasaan tertentu. Seringkali intensitas perasaan yang ditimbulkan oleh musik cukup kuat. Dan dengan cara tertentu perasaan-perasaan tersebut dapat terbagi kepada orang lain yang berada bersama kita. Bayangkan jika saat kita mendengarkan/ bermain musik bersama perasaan-perasaan yang dialami setiap orang di dalamnya terbagi kepada yang lain. Akan terciptalah perasaan-perasaan atau suasana hati yang menyelimuti kegiatan mendengarkan/ bermain musik tersebut. Atmosfernya pasti amatlah ‘kental’. Dan bayangkan juga jika perasaan yang terbagi dan atmosfer yang tercipta adalah gembira, senang, dan nyaman. Menyenangkan sekali bukan? :)

Musik mempunyai daya yang kuat untuk dapat menciptakan atmosfer yang baik. Kita sering merasakan bahwa musik dapat membuat kita bergembira bersama-sama, merasakan haru yang mendalam, atau terbangkitkan rasa nasionalisme. Di sisi lain, atmosfer yang sudah ada dapat mempengaruhi kita dalam mengalami musik: dengan suasana yang menyenangkan dan hangat kita akan dapat merasakan bahwa musik dapat membantu kita dalam berinteraksi dengan orang lain; dalam atmosfer yang tenang dan damai kita dapat merasakan bahwa musik itu indah; dalam suasana yang antusias dan sederhana kita dapat lebih menghargai pentingnya proses dalam bermusik. Musik dapat menciptakan atmosfer yang baik bagi kita dan sebaliknya, atmosfer yang baik akan membantu kita untuk mendapatkan pengaruh positif musik bagi kehidupan kita.

Tentunya kita ingin agar kita selalu hidup dalam atmosfer yang baik, menyenangkan, dan sehat. Paragraf di atas dapat kita jadikan panduan dalam membuat tips untuk menciptakan atmosfer yang baik dalam bermusik sekaligus juga untuk menggunakan musik untuk menciptakan atmosfer yang baik. Bermusiklah [mendengarkan, mencipta, bermain] dengan tujuan yang baik. Menggembirakan perasaan kita, menyalurkan perasaan sedih, mengajak anak bergembira bersama, menyehatkan badan dan/ atau pikiran, atau mempelajari style musik tertentu adalah beberapa tujuan yang baik dalam berkegiatan musik. Lakukanlah aktivitas musikal pada waktu yang memang kita khususkan untuk itu, dan gunakan waktu yang tidak menyita pekerjaan atau tugas kita. Dalam kondisi apapun, usahakan untuk mendapatkan setting yang paling nyaman bagi anda. Peka jugalah pada kebutuhan orang-orang di sekitar kita, pastikan kegiatan musik kita tidak mengganggu anak kita, orang yang ada di sebelah kita, atau tetangga rumah kita :) Jangan lupa untuk secara sederhana mengkomunikasikan pengalaman berharga yang kita dapat dalam beraktivitas musik dengan orang lain. Dengan mudah kita dapat menggunakan bahasa non verbal yang menunjukkan apresiasi atas musik yang kita nikmati: senyum, menaikkan alis mata, atau bahkan berjoget bersama! Dan yang juga penting [kalau tidak bisa dikatakan paling penting], nikmatilah musik dengan pikiran yang positif dan terbuka. Seperti yang pernah dikatakan seorang tokoh pendidikan musik, James Mursell: “Sebenarnya dalam mendengarkan musik, kita lebih menggunakan pikiran kita dibandingkan telinga kita”.

Selamat bermusik, selamat membuka pikiran kita, dan selamat menikmati suasana yang indah dan menyenangkan, karena dengan atmosfer seperti itulah banyak potensi dan pengaruh positif musik niscaya dapat kita rasakan.


-p. b. adi-

Saturday, September 22, 2007

Musik sebagai Sarana Pendidikan Anak

Tidak perlu dipungkiri, musik mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan kita. Dan pengaruh positif musik dalam kehidupan kita merupakan suatu topik menarik untuk dibicarakan. Menarik karena pengaruh positif tersebut relatif tidak terlihat [intangible] walaupun konkrit [dapat kita rasakan]. Pengaruh positif musik tersebut bahkan sudah terjadi pada saat awal perkembangan kita sebagai individu.

Musik terbukti sangat membantu perkembangan otak, perkembangan indera, perkembangan kemampuan bahasa, dan kemampuan sosial anak usia dini [hingga 6 tahun]. Dalam beberapa penelitian neuromusikal, musik terbukti membantu perkembangan otak manusia khususnya pada planum temporale bagian kiri, di mana bagian otak ini berperan besar dalam perkembangan bahasa. Dengan hasil penelitian ini, musik dianggap mampu membantu perkembangan bahasa anak.

Sebuah fakta menarik tentang perkembangan bayi terjadi pada awal abad 20:
Di panti-panti asuhan di Eropa dan Amerika terjadi bencana besar di mana angka kematian bayi berusia di bawah satu tahun mendekati 100%(1), walaupun bayi-bayi itu mendapatkan nutrisi yang cukup. Bencana tersebut mulai dapat teratasi di sebuah panti asuhan di Jerman, setelah pihak panti asuhan menyewa seorang wanita sebagai pengasuh untuk memberikan stimulasi afeksi pada bayi-bayi di sana. Angka kematian yang mendekati 100% tersebut secara drastis menurun setelah bayi-bayi itu diberikan cinta dan sayang oleh si pengasuh.

Bagaimanakah memberikan rasa cinta dan sayang kepada bayi? Tiga cara utama untuk mengkomunikasikan cinta dan sayang kepada bayi adalah melalui berbicara, bernyanyi, dan memberikan sentuhan. Kegiatan musikal dapat dengan baik menyampaikan cinta dan sayang itu kepada bayi. Salah satu metode yang efektif dan sering digunakan adalah motherese. Motherese adalah cara khusus berbicara ibu kepada bayinya. Cara ini sarat dengan elemen musikal melalui variasi tinggi nada suara, irama, dinamika, dan warna suara ibu [atau pengasuh]. Ingat-ingatlah kembali ketika Anda melakukannya pada anak Anda [atau keponakan Anda]. Dengan cara ini anak bukan hanya merasakan cinta dan sayang, namun ia juga mulai belajar bahasa lisan.

Rangsangan ritmik pada bayi berupa timangan juga terbukti membantu anak untuk lebih cepat mendapatkan bobot yang optimal. Dalam timangan, anak diajak untuk melibatkan seluruh tubuhnya melakukan gerakan ritmik, gerakan teratur berdasarkan ketukan tertentu. Anak yang mendapat timangan juga akan lebih cepat dalam perkembangan indera penglihatan dan pendengaran, serta terbukti lebih cepat mendapatkan siklus tidurnya.

Kegiatan bermusik juga membantu perkembangan kemampuan motorik anak. Secara alamiah, elemen ritmik pada musik dapat membuat anak menggerakkan tangan, kepala, dan kakinya. Dengan cara yang tepat, rangsangan ritmik pada anak akan membuatnya belajar mengkoordinasi organ tubuhnya untuk berespon atau melakukan sesuatu dengan baik dan benar [memegang sesuatu, melompat, berjinjit, dll.]

Melalui musik, anak juga belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Sebagai contoh adalah permainan hom pim pa, dan sut. Dalam permainan ini kemampuan anak untuk mengeksekusi gerakan sesuai ritme sangat diperlukan: jika terlambat akan dianggap curang, jika terlalu cepat akan sangat dirugikan. Hampir seluruh permainan anak-anak yang dilakukan bersama-sama menggunakan musik dalam bentuk gerak dan lagu. Gerak dan lagu ini membantu anak untuk melibatkan aspek motorik, intelektual, dan emosi anak dalam sebuah kegiatan bersama.

Jika kita perhatikan dengan seksama beberapa paragraf di atas, kita dapat melihat bahwa musik dapat membantu anak-anak untuk mengaktualkan potensi motorik, intelektual, dan emosinya. Dan jika kita rujuk pada akar kata pendidikan [Inggris: education, dari bahasa latin: educare yang berarti mengeluarkan, mengaktualkan, dan mengembangkan potensi seseorang] maka musik adalah juga sarana pendidikan bagi anak. Musik dapat membantu anak untuk berkembang, untuk mengaktualkan potensi-potensinya.

Selamat bersenang-senang sambil bermusik dengan anak-anak Anda, masih belum terlambat bagi kita untuk 'mendidik' mereka dengan berkegiatan musik bersama.

-p. b. adi-


(1) Bencana tersebut diberi nama marasmus. Marasmus merujuk pada kondisi di mana bayi yang berusia di bawah satu tahun akan meninggal jika tidak cukup menerima cinta dan sayang.